Saturday, February 23, 2019
Menangis Bersama Hujan (Part 22. Badai Pasti Berlalu)
Hujan mulai turun menghapus jejak panas yang masih di lorong langit dan bumi. Rara membiarkan tubuhnya basah terkena tetesan air hujan. Merasakan hatinya ikut tenggelam dalam kesejukan. Ia tersenyum. Namun air matanya ikut merembes menembus pembatas telaga bening itu. Ia menangis bersama hujan. Tangis yang tidak akan pernah terlihat. Tidak akan pernah terdengar. Karena hujan selalu menutupinya. Tangis bahagia yang lepas bersama ketulusan.
Bersamaan dengan hujan yang telah mereda, kapal yang ditumpangi Rara dan Dhiya pun bersandar di dermaga Padang Bai. Beberapa saat kemudian saat mereka turun dari kapal, sms balasan Diva menghiasi layar HP Rara.
“Wa’alaikumsalam. Terima kasih atas pengertianmu, Ra. Aku juga sudah memaafkanmu sebelum kamu minta maaf. Masalah kenapa aku memaksamu datang, karena aku ingin mengenalkan seseorang padamu. Siapa tahu dia adalah seseorang yang pernah datang dalam mimpimu, sebelum Hamas datang menolongmu waktu itu. He he. Becarefull on the way, ya. Semoga sukses kompetisimu di Bandung.”
Rara kembali tersenyum. Kali ini ia merasa benar-benar bahagia. Ia merasa sudah tidak ada bibit kebencian yang tersembunyi di hatinya untuk Diva dan Hamas.
“Aku mencintaimu karena Allah, Va. Semoga Allah mempertemukan kita di surga-Nya kelak. Aamiin ya Rabb,"ucapnya dalam hati.
Dhiya yang juga menangis di belakang Rara, ikut merasakan ketulusan sahabatnya. Tergambar jelas di gurat senyum Rara saat menatap langit dihiasi pelangi. Ia tahu, Rara lebih takut kehilangan cinta Allah, dari pada kehilangan manusia. Itu Rara. Rara yang Dhiya kenal.
Dhiya menghela napas, hatinya seperti terusik kejadian sesaat tadi sebelum sampai dermaga. Ia memikirkan sang ibu yang terlihat tidak sehat saat pamit pergi. Ia juga sudah memberi pesan agar Anan menjaga Miming yang sedang hamil besar.
"Baru nyebrang aja udah rindu ibu. Bagaimana bisa aku bertahan sampai seminggu di sana? Tapi hanya seminggu aja, Dhiya. Seminggu. Bertahanlah,"lirihnya menyemangati diri sendiri.
Perlahan ia mendekat ke arah Rara di jendela kabin. Menatap gadis itu dengan wajah sedih. Seperti ingin mengatakan sesuatu, namun tak bisa diungkapkan.
"Maafin aku, Ra. Karena merahasiakan sesuatu darimu,"bisik batinnya.
"Kenapa, Dhi?"
"Gue lihat ada pelangi di bola matamu,"
"Itu lirik lagi jaman kita SD,"
"Nggak kok, aku memang melihatnya. Seseorang pasti sedang merindukanmu,"
"Siapa?"
"Calon cinta halalmu. Wanita baik akan mendapat pemuda yang baik. Meski masih rahasia, jodoh itu adalah cermin diri. Sebanyak apapun usaha kita mencarinya, dia tidak akan hadir. Tapi harusnya kita yang bentuk, dengan memperbaiki diri. Doakan Diva, agar dia bahagia. Dan bisa menjadi istri yang baik untuk Hamas,"
Rara tersenyum seraya mengangguk. Disambut senyuman Dhiya. Mereka saling berpegangan tangan.
"Jagalah persahabatan kami sampai di surga nanti, ya Allah,"pinta keduanya dalam hati masing-masing.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Informasi Jadwal Lengkap Penerimaan CPNS dan PPPK
(Sumber : Dok. Lembaga Administrasi Negara/LAN) Penerimaan CPNS dan PPPK Tahun 2021 segera di...
-
Foto : instagram.com/adityaspratama Menangis Bersama Hujan Part 43. Dokter Tampan Yang Aneh By : Risna ...
-
(Foto : dok. Pribadi) Cinta Dalam Diam Part 1 Risna Adaminata Pandangannya nelangsa menjurus ke gulungan ...
-
Menangis Bersama Hujan ROAD TO NOVEL Rara terjaga. Ingatan saat ia dihadang preman bersama Dhiya di UI muncul menjadi mimpi buruk. Kering...
No comments:
Post a Comment