Apa yang kita lakukan jika tsunami tiba-tiba menerjang?
.
Bismillahirrahmanirrahiim..
Ini merupakan tulisan beberapa bulan yang lalu saat tsunami di Selat Sunda terjadi. Saya posting ulang di blog agar bisa bermanfaat untuk para pencari artikel.
Tadi pagi tidak sengaja menyaksikan tayangan tentang bagaimana perjuangan seorang ibu berusia sekitar 45-50 tahun, selamat setelah terseret tsunami ke tengah laut selama berjam-jam di Lampung.
.
Hal yang membuat saya tertarik menonton tayangannya adalah, ibu tadi mengatakan bahwa laptop menyelamatkan dirinya dari tsunami.
.
Awalnya, gelombang pertama yang sampai ke rumahnya sekitar 30 cm. Ibunya panik dan menelpon keluarga seraya menyiapkan diri untuk mengungsi. Laptop yang belum sempat dimasukkan dalam tas, beliau jinjing. Namun, belum sampai di pintu, air setinggi 5 meter sudah menggulung rumahnya dan menyeretnya ke tengah laut.
.
Si ibu sadar, bahwa ia harus tenang. Karena jika dia panik, beliau akan tenggelam. Karena saat panik, beban / berat badan seseorang bisa bertambah. Jadi beliau memilih rileks dan meletakkan kepalanya di laptop yang ternyata ada busanya hingga membawa ibu ini terus mengapung.
.
Benar, tubuh yang rileks akan lebih mudah mengapung di air. Alhamdulillah sekian lama di laut, beliau menemukan bambu besar. Bambu itu dipeluknya dan tetap meletakkan kepala di atas laptop sampai si ibu pun terlelap di atas air.
.
Pagi subuh ia sadar dan berdoa minta tubuhnya dihempas ke pinggir pantai. Alhamdulillah, hal itu pun terkabul.
.
Dengan tubuh penuh luka, ibu paruh baya ini merangkak berjuang naik dari bebatuan besar selama 4 jam sampai fajar muncul di ufuk. Ia melambaikan tangan dan menemukan tim evakuasi.
.
Saat bertemu tim evakuasi, ia mengatakan tidak bisa berjalan. Si ibu pun ditandu. Saat di perjalanan, beliau minta HP untuk menghubungi keluarga. Sampai ditanya sama tim evakuasi, apakah si ibu sadar dan ingat nomor Hp keluarga? Beliau menggangguk yakin.
.
Hal yang sama terjadi juga dengan vokalis Seventeen. Yang diselamatkan Allah dengan mengirim box mengapung yang menjadi pegangan saat Ifan dan beberapa orang lainnya hampir kehilangan napas karena kelelahan.
.
Di air, memang kepanikan sering terjadi. Bahkan di saat gempa pun juga demikian. Kadang bukan bencananya yang membuat kita terluka, tapi kepanikan tanpa tahu mitigasi yang tepat dari awal membuat orang sering berlari tanpa tahu arah hingga jatuh terjungkal dengan kepala terbentur tembok. Padahal gempanya tidak merobohkan apapun.
.
Jika di air, rileks tetap harus dijaga( kalau sadar). Cari pegangan pada benda2 yang sekiranya bisa dipakai bertumpu saat mengapung.
.
Selebihnya Allah lah yang punya kehendak. Kita dipanggil atau diizinkan melanjutkan hidup atau tidak.
Semua akan kembali padaNya.
.Jumat, 28 Desember 2018
Risna
No comments:
Post a Comment